Halo kamu, ya... rasanya sudah lama sekali aku tidak mengisi blog ini dengan artikel baru. Sebenarnya aku ingin tetapi memang waktunya habis untuk mengerjakan hal yang lain. Jadi kesannya blog ini seperti tidak terurus.
Latar belakang aku membuat blog ini sekitar empat tahun yang lalu, karena berkaca pada pengalamanku sendiri saat baru masuk ke SMA dahulu. Aku waktu itu sempat kebingungan jurusan mana yang sebaiknya aku masuki.
Sekedar info, pada zamanku dahulu yang namanya nilai itu masih sangat menentukan diterima atau tidaknya seorang siswa yang mendaftar. Nilai yang dipakai untuk seleksi adalah nilai ujian nasional. Kalau nilainya jelek ya... jelas susah sekali.
Tidak ada model seperti, siswa yang rumahnya dekat dengan sekolah lebih diutamakan atau disediakannya banyak macam jalur penerimaan seperti sekarang yang kadang melihatnya justru bikin pusing dan bingung.
Nilai itu juga menjadi pertimbangan sekolah untuk menentukan jurusan apa yang layak untuk kita. Walaupun sebenarnya, untuk pembagian jurusan itu ada tesnya sendiri. Alhasil seperti yang kamu duga dan masih rasakan selama ini, ada kesenjangan di sana.
Mayoritas anak yang lebih “pintar” dan nilai ujiannya bagus pasti masuk ke jurusan IPA, walaupun mereka sendiri tidak tahu pelajarannya seperti apa. Sisanya yang dianggap “kurang” pintar masuk ke jurusan IPS dan Bahasa.
Walupun tidak semua anak pengalamannya begitu. Ada juga kok yang memilih jurusan IPS atau Bahasa karena mereka memang benar-benar minat dan ingin masuk jurusan itu sejak awal. Termasuk aku sendiri begitu.
Jadi setelah aku lulus SMA (waktu itu baru selesai UN) aku terpikir untuk membuat sebuah blog yang tulisannya dapat membantu teman-teman calon siswa SMA generasi selanjutnya untuk memilih jurusan agar mereka tidak kebingungan.
Alhamdulillah tulisanku sepertinya sudah membantu banyak orang. Aku bersyukur apa yang aku tulis selama ini bisa membawa manfaat untuk orang lain.
Tetapi sekarang, situasinya sudah berubah drastis dan sebagian dari kamu mungkin sudah tahu apa itu. Betul sekali, Menteri Pendidikan kita saat ini, Nadiem Makariem baru saja mengumumkan kurikulum baru bernama “Kurikulum Prototipe”.
Pergantian kurikulum sebenarnya hal biasa, bahkan menurutku negara kita terlalu sering gonta-ganti kurikulum sampai bikin muak karena dijadikan alat permainan politik. Makanya kurikulumnya kadang nyeleneh.
Tetapi “Kurikulum Prototipe” ala Mas Nadiem kali ini agak beda dari yang lainnya di masa lalu. Ketika kurikulum ini diumumkan, sampai banyak orang yang bilang “kok nggak dari dulu”. Yah... bahkan aku sendiri juga sampai terpikir begitu.
Terutama pengaruhnya bagi jenjang SMA. Jika sebelumnya kita mengenal yang namanya jurusan IPA, IPS, dan Bahasa di SMA, dalam kurikulum ini penjurusan di SMA “dihilangkan”. Tidak ada lagi anak IPA, anak IPS, atau anak Bahasa.
Meskipun begitu, mata pelajaran di semua jurusan itu tetap ada. Hanya saja, mata pelajaran (mapel) peminatan kamu nanti tidak lagi “dipaket” di bawah atap “jurusan”. Selain Mapel Wajib, Kamu bebas memilih mapel peminatan yang kamu butuhkan dan ingin dipelajari.
Kamu bisa mulai memilih fokus mapel peminatan yang kamu inginkan saat akan naik kelas 11 (tingkat 2) nanti. Pada kelas 10 , kamu akan dipersilahkan terlebih dahulu mencoba semuanya dari peminatan IPA, IPS, dan bahasa.
Hal ini juga menurutku keputusan yang sangat bagus. Dengan pemilihan peminatan di kelas 11, siswa jadi punya waktu untuk mengenal terlebih dahulu mapel peminatannya. Tidak langsung memilih jurusan pada saat baru masuk ke SMA seperti yang sekarang.
Mirip seperti saat sebelum diberlakukannya kurikulum 2013. Bedanya, jika pada waktu itu di kelas 10 siswa memilih jurusan maka, kali ini siswa memilih mapel peminatannya. Jadi bagaimana, kamu sudah paham kan sekarang?
Jika dilihat dan didengar dari konsepnya sih sepertinya ini akan sangat menyenangkan bagi kamu calon siswa SMA. Kamu tidak perlu lagi mempelajari banyak mapel yang memang tidak kamu butuhkan atau sukai seperti yang dirasakan generasiku dulu.
Mungkin yang paling bakal membuat pusing nanti adalah memilih mapel peminatan mana yang harus kamu ambil dan mapel peminatan mana yang bisa kamu abaikan. Karena kamu harus memilih sendiri, tidak dipaket lagi.
Aku sih berharap, penerapan kurikulum ini dapat benar-benar seindah konsepnya. Bukan hanya untuk siswa, tetapi juga untuk guru yang mengajar.
Namun kamu harus ingat ini. Seperti namanya “kurikulum prototipe”, kurikulum ini belum tentu diberlakukan di sekolah yang kamu masuki nanti. Karena masih dalam masa uji coba. Lagipula tidak semua sekolah siap.
Kurikulum prototipe itu kabarnya akan diujicoba sampai tahun 2024 nanti saat evaluasi kurikulum nasional. Untuk sekarang, kurikulum itu masih menjadi “opsi tambahan” bagi sekolah mulai tahun ajaran (TA) 2022/2023. Sekolah bebas mau pakai kurikulum itu atau tetap pakai yang lama.
Mungkin kamu belum tahu kalau sekarang sekolah itu punya tiga opsi kurikulum baru yang bisa dipilih kalau mau. Diantaranya Kurikulum 2013, Kurikulum Darurat, dan Kurikulum Prototipe.
Sejauh ini yang aku tahu, kurikulum ini baru diuji coba di SMA, aku belum tahu apakah Madrasah Aliyah ada yang mulai pakai atau belum. Lagipula SMA dan MA itu kan beda Menterinya jadi aku belum bisa pastikan.
Mungkin itu dulu kali yah.. pendapatku tentang kurikulum prototipe yang baru diumumkan kemarin. Mari kita lihat saja bagaimana pelaksanaannya.
Komentar
Posting Komentar